Sabtu, 15 November 2008

MENUJU KESUCIAN HATI

Oleh: Ustadz A.Amiruddin, Lc

وَلاَتُخْزِنِى يَوْمَ يُبْعَثُوْنَ{} يَوْمَ لاَيَنْفَعُ مَالٌ وَلاَبَنُوْنَ{} اِلاَّ مَنْ اَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ {}

“Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Qalbun Salim).” (QS. Asy Syu’ara: 87–89)


Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt yang disertai dengan berbagai macam kelebihan. Dengan berbagai macam kelebihan tersebut, manusia terkadang lupa terhadap kelebihan dirinya sendiri, yang menyebabkan lupa terhadap tugas pokoknya sebagai khalifah dimuka bumi.

Adapun kelebihan yang dimiliki manusia dalam menentukan perilakunya, antara lain :

Jasad

Jasad adalah tubuh manusia dalam dimensi biologis/fisik yakni manusia yang tampak pada kenyataan lahiriyah yang menempati ruang dan waktu, terikat oleh hukum-hukum alam, seperti suka makan, minum dan tidur. Manusia akan mempunyai jasad yang baik apabila dipelihara dan diberi makanan yang bergizi yang disertai dengan olah raga secara teratur.

Akal

Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menganjurkan manusia untuk banyak berfikir dan mempergunakn akalnya. Akal mendapat penghargaan yang cukup tinggi di sisi Allah swt, karena akal merupakan media untuk memperoleh pengetahuan. Akal yang dianugerakan Tuhan kepada manusia, dengan memakai kesan-kesan yang diperoleh panca indera sebagai bahan pemikiran untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan. Dan pengetahuan yang diperoleh melalui akal bersifat relatif, yakni pengetahuan yang memiliki dua kemungkinan, mungkin benar dan mungkin juga salah, hal ini tergantung pada bagaimana dia dalam menyikapi pengetahuan tersebut. Sedangkan pengetahuan yang diperoleh dengan jalan wahyu dalam komunikasi dari Tuhan kepada manusia, diyakini bersifat absolut dan mutlak benar.

Hati

Hati dalam konteks fisik atau jasad dalam Al-Qur’an disebut dengan kabid “liver” sebagai organ tubuh yang konkrit. Sedangkan hati dalam konteks yang abstrak disebut dengan istilah fuad dan qalbu.

FUNGSI DAN IDENTIFIKASI QALBU

Al-Qalbu termasuk rahasia manusia yang merupakan anugerah Allah Swt. yang paling mulia. Dengan Qalb, manusia mampu beraktvitas sesuai dengan perintah Allah swt. Al-Qalbu berperan sebagai sentral kebaikan dan kejahatan manusia, yang pada hakikatnya cenderung kepada kebaikan “hanif” (cenderung kepada kebenaran).

Qalbun Salim adalah hati yang selamat, penuh dengan keimanan serta hati yang bercahaya yaitu hati yang tunduk patuh pada Allah Sang Pencipta alam semesta: “Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. 24 : An-Nuur : 35).

Allah Swt. Maha Pembolak balik hati, menghiasi cahaya keimanan ke dalam hati hamba yang dicintainya yaitu hamba yang mensucikan hatinya sehingga hidupnya senantiasa terasa indah dan mempesona yang terekspresikan dengan sikap yang menyenangkan, penuh kasih sayang; “Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada Nya lah kami menyembah.” (Q.S. 2 : Al-Baqarah : 138).

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orange-orange yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS.Al-Hujurat : 7)

“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka mereka bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS.Al-Hijr : 47)

Kata “hati” dalam Al-Qur’an muradif dengan Al-Fuad atau Al-Af ‘idah dan Ash-Shudur.

“Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui.” Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.Ali Imran : 29).

Kata Ash-shudur arti yang sebenarnya adalah “dada” tetapi disini diartikan dengan hati, karena hati tempatnya didalam dada. Seperti halnya, jika kita mengatakan sungai itu mengalir, padahal yang mengalir itu bukanlah sungainya tetapi air yang ada didalam sungai tersebut.

Kata Al-Qalbu dengan Al-Af’idah (fuad) sering dipergunakan dalam pengertian yang sama tetapi kata Al-Qalbu seakan-akan memiliki arti yang lebih khusus dari fuad dalam penggunaannya. Qalbu merupakan bagian dari fuad.

A. Fungsi Qalbu

Pertama; Qalbu merupakan pusat penalaran, pemikiran dan kehendak yang berfungsi untuk berpikir.

“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta , tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (Q.S. 22 : Al-Hajj : 46).

Ayat tersebut ditujukan kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan Rasul-Nya. Mereka memiliki qalbu tetapi tidak berpikir, mempunyai telinga tapi tidak mendengar dan mempunyai mata tapi tidak melihat. Mereka tidak mau memahami ayat-ayat Allah sehingga hati mereka buta, artinya tidak mampu membedakan yang haq dan bathil (Ibnu Jarir Al-Thabary, Jami’al bayan ‘an Ta’wiliyyi Al-Qurani Jilid 12, Daar al-Fikr, Beirut, Libanon, 1998, hal. 183).

Kedua; Qalbu bertugas atas aktualisasi terhadap segala sesuatu. Qalbu dapat dikategorikan intuisi atau pandangan yang dalam, yang mempunyai rasa keindahan dan kehidupan dari sinar mentari yang membawa manusia kepada kebenaran dan sebagai alat untuk mengenal kebenaran, ketika penginderaan tidak memainkan peranannya. Qalbu manusia dapat mengetahui hakikat dari segala yang ada. Jika Tuhan telah melimpahkan cahaya-Nya kepada qalb, manusia dapat mengetahui segala sesuatu yang ghaib. Dengan qalb, manusia dapat mengenal sifat-sifat Allah yang nantinya ditransfer dan diinternalisasi pada kehidupan manusia sehari-hari dan qalb sebagai wadah fitrah yang sehat sebagaimana firman Allah; “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (Qalbun Salim).” (Q.S. 26 : Asy Syu’araa : 89)

Ketiga; Qalbu dapat memperingatkan serta memberi pemahaman dan petunjuk untuk semua manusia.

“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah , niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.At-Taghabun : 11)

Keempat; Qalbu sebagai tumpuan segala perasaan (emosi) manusia

“Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka mempersekutu-kan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang yang zalim.” (Q.S. Ali Imran : 151)

(lihat pula QS. Al-Hadid: 16–17; Al-Kahfi: 28; Al-Hajj: 53–54)

Naskah ini dikutip/diedit dari Buku Khutbah ‘Idul Fitri 1429 H yang disampaikan oleh Ustdz A.Amiruddin, Lc di halaman Masjid Istiqamah Taman Citarum Bandung.bersambung

Tidak ada komentar: